Sunday, September 19, 2021

ISTRIKU MINTA CESAR


Oleh  : Wawan Hary

Aku bertemu dengannya di Kantor Urusan Agama (KUA). Kami duduk di salah satu ruangan yang biasanya digunakan untuk acara ijab qabul dan pembinaan para petugas pernikahan. Kami bercakap-cakap ngalor ngidul yang penting bisa berbagi pengalaman tentang kehidupan.

           Dalam sela-sela obrolan ringan, problem dalam rumah tangga pun tak pernah ketinggalan karena itu pembahasan yang tak akan ada habisnya.

            “Kemarin kelahiran anak kedua, istriku cesar”

            “Aku sudah nyiapin uang tujuh jutaan buat kelahiran dan berharap normal-normal saja. Ternyata Alloh ingin aku lebih kuat lagi. Akhirnya habis sekitar 17 juta.”

            Menjadi guru honorer baginya merupakan pilihan dalam hidup, meski bukan keputusan yang paling final. Siapa pun menginginkan menjadi seorang guru dengan gaji yang lebih layak dan prospek bagus di masa depan.

            “Mbak njenengan tahu masalah ini?” tanyaku

            “Iya, dia tahu. Bagaimanapun juga aku harus cerita. Ya itu, dia mbak ku yang baik hati. Kalaupun aku nggak cerita, dia akan nanya. Apa ada uang untuk ini untuk itu?”

            “Dia memang mbakku yang katakanlah garda terdepan dalam keluarga.”

            Kakak perempuannya seorang PNS dalam salah satu madrasah. Aku juga mengenalnya sebagai orang yang baik hati, low profile dan tidak neko-neko.

            “Kamu masih bisnis peci kan?”

            “Iya masih, tapi sudah tak lempar adikku. Di rumah nggak ada tempat. Di rumah sebelah sudah ditempati yang lain.”

            Saat ini, selain menjadi guru honorer di salah satu Sekolah Dasar, ia sering memposting barang jualannya yaitu madu murni. Katanya, kemarin ia datang ke rumah kakak perempuannya untuk membayar hutangnya. Karena yang 17 juta sebagian dari kakanya.

            “Sudah, dipakai dulu saja. Kapan-kapan nggak papa.”

            Kakaknya menolak dan memintanya untuk dipakai dulu. Alangkah sayangnya seorang kakak pada adiknya. Ini pasti hasil didikan orang tuanya yang senantiasa mengajarkan untuk mengasihi sesama saudaranya.

            “Ya sudah aku tak pulang dulu, barangkali njenengan masih ada perlu lagi”
            “Iya, nggak papa. Kapan-kapan kita ngobrol lagi. Yang penting saling mendoakan, bermanfaat bagi kita.”

            Ia meninggalkan KUA dan membawa selembar kertas berisi nomor ID mushola di depan rumahnya. Allohu akbar. Alloh Maha Besar kawan. Sebesar apa hutangmu, sebesar apa masalahmu, sebesar apa problematika kehidupan rumah tanggamu. Tetap saja Alloh Maha Besar. Dan lainnya kecil bagi-Nya. Kembalilah kepada-Nya. Dia Mengetahui jalan terbaik atas masalah yang menimpa kita. Wallahu a’lam bishowab.


No comments:

Post a Comment