Burhan
salah seorang siswa berprestasi di salah satu Madrasah Aliyah sekaligus santri
sebuah pondok pesantren ternama di kota Kebumen. Suatu hari ia merasakan
kehidupannya ada yang mengusik, hatinya diliputi rasa gundah
gulana—keraguan-keraguan dalam batinnya mulai ia rasakan. Ternyata baru-baru
ini, ia mengenal seorang siswi adik kelas yang bernama Hafshoh. Ia adalah adik
kandung Barlian, ketua kelas si Burhan. 
            Hari
berganti minggu, minggu berganti bulan sampai akhirnya Burhan, Barlian dan
Hafshoh menjalin persahabatan yang sangat akrab bagaikan satu keluarga yang
utuh. Karena benih-benih rasa sudah tertanam dalam hati Burhan, begitu pula
sebaliknya, Hafshoh. Keduanya menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.
Santri ketemu non santri. 
            Kehidupan
keluarga Barlian memang kurang sempurna karena ibunya telah meninggal dunia.
Pada akhir semester di sekolah mereka, diadakanlah acara study tour
Bandung-Jakarta. Barlian terpilih menjadi ketua panitia sedangkan Burhan sebagai
bendahara. Hari yang sangat menyedihkan bagi Barlian datang, tepat satu hari
sebelum pemberangkatan study tour, ayahnya dipanggil oleh Allah SWT. Beliau
Wafat karena sakit keras. Para santri pondok pesantren Al-Miftah pun ikut
menyolatkan dan mengiring jenazahnya sampai ke pemakaman, di pondok inilah
Burhan dan teman-temannya mengaji.
            Kini
Barlian dan Hafshoh telah kehilangan kedua orang tuanya. 
            Liburan
pun berakhir. Barlian dan Burhan telah duduk di kelas XII bahasa. Baru saja
berangkat ke sekolah beberapa hari, sudah ada berita kurang mengenakkan. Burhan
dituduh korupsi uang kepanitiaan study tour Bandung-Jakarta kemarin. Sebesar Rp
2 Juta belum dibayarkan kepada pihak bus. Barlian tak punya banyak alasan.
Burhan pun tidak dapat membantunya untuk melunasi uang sebesar itu. Dengan
berbagai pertimbangan dari pihak sekolahan, kekurangan itu pun dilunasi oleh
pihak sekolah, akan tetapi Barlian dianggap punya hutang. Apabila dalam waktu
satu bulan tidak dibayarkan pada pihak sekolah, maka Barlian akan dikeluarkan.
Itu berarti cita-citanya akan terhambat.
            Burhan
pun tak bisa berbuat banyak. Ia tidak punya duit sebanyak itu, keadaan ekonomi
keluarganya pas-pasan. Namun aneh juga, Barlian anak seorang kaya dan Dermawan,
rumah mewah, mobil sedan kinclong dan segala pernak-pernik perhiasan dunia ada
dalam rumahnya. Tapi apakah mungkin ia berbuat korupsi? Burhan sebagai teman
dekatnya pun tidak percaya kalau ia sampai berbuat demikian. Sampai-sampai
Hafshoh minta putus gara-gara Burhan tidak mampu menyelamatkan nama baik
kakaknya. Barlian seorang koruptor!!!
            Pada
akhirnya, Barlian dan adiknya berkeinginan pindah sekolah ke kota Jogjakarta.
Satu hari sebelum berangkat ke kota pelajar ini, kedua kakak  beradik itu berpamitan kepada Burhan.
Keduanya mendatangi pesantren Burhan, di sana mereka saling berdialog. Barlian
pun terus terang dihadapan Burhan, ia telah menggunakan uang kepanitiaan study
tour. Ini ia lakukan karena demi kesembuhan ayahnya yang sakit, mobil sedannya
pun telah dijual—akan tetapi ayahnya tidak sembuh juga. 

 
 
No comments:
Post a Comment