Sunday, January 15, 2012

Sisi Lain ‘Badge’ Sekolah

            Setiap sekolah pasti memiliki identitas tersendiri supaya bisa dikenal oleh masyarakat luas. Seperti halnya logo dan badge  sekolah yang biasanya menempel di sebelah kanan bahu seragam para siswa. Masyarakat akan langsung mengetahui asal seorang siswa hanya dari badge  yang dikenakan. Tentunya ada maksud dan tujuan dari pihak sekolah memasang nama sekolah pada seragam para siswa.
            Salah satu tujuannya yaitu supaya para siswa tidak berbuat semaunya sendiri di luar sekolah. Karena apabila mereka melakukan perbuatan yang mencemarkan nama baik sekolah, itu berarti mereka telah melanggar kode etik atau aturan sekolah. Oleh karenanya badge itu penting demi menjaga reputasi sekolah. Namun, apakah selama ini, badge yang bertuliskan identitas sekolah tertentu, masih dianggap penting bahkan sangat penting?
            Mari kita belajar kepada beberapa sekolah yang ada di Kota Yogyakarta. Ketika mereka mengenakan seragam putih abu-abu, sekilas kita akan membaca badge yang ada di sebelah bahu bertuliskan ‘Pelajar Kota Yogyakarta’. Dan bukan nama sekolah itu sendiri. Hal ini berarti, kebijakan dari pemerintah Kota Yogyakarta memang memberlakukan demikian. Bagaimana dengan sekolah lainnya? Baik di Yogyakarta maupun sekitarnya?
            Dengan diberlakukannya badge ‘Pelajar Kota Yogyakarta’ tersebut, paling tidak memberikan beberapa manfaat yang selama ini belum dirasakan oleh sekolah lainnya. Pertama, memberikan pembelajaran kepada para siswa bahwa mereka memiliki kesamaan yaitu sama-sama pelajar Kota Yogyakarta. Dengan demikian diantara para siswa akan timbul rasa saling hormat-menghormati dan menghargai. Sehingga persatuan dan kesatuan antar pelajar semakin terjalin. Kedua, memberikan pendidikan kepada para siswa untuk tidak saling curiga. Para siswa akan belajar bagaimana ia memposisikan dirinya sebagai pelajar yang memilki sopan santun dan akhlak yang mulia. Kecurigaan yang menimbulkan pertengkaran bahkan percekcokan pun diharapkan bisa terminimalisir.
            Ketiga, mengurangi tindakan asusila dan anarkis seperti halnya tawuran antar pelajar. Salah satu motif terjadinya tawuran antar pelajar tekadang hanya disebabkan masalah sepele namun dibesar-besarkan. Pengaruh badge yang dipakai sungguh luar biasa. Ketika salah seorang siswa melakukan kesalahan terhadap siswa sekolah lain, sudah barang tentu siswa yang merasa terdzolimi akan mengetahui asal siswa tersebut. Dan ini apabila diteruskan, bisa berlanjut pada tindakan tawuran yang sampai sekarang masih saja terjadi antar sekolah. Bahkan seolah-olah sekolah tertentu sudah menjadi musuh ‘bebuyutan’ sekolah lainnya.
            Pembelajaran yang sederhana ini, semakin membuka pikiran kita akan pentingnya etika saling menghormati dan menghargai. Sejak menjadi siswa sampai usia dewasa niscaya akan terdidik sebagai  insan yang pandai bertoleransi terhadap orang lain. Bukan malah sebaliknya, antar siswa terjadi percekcokan apalagi saling menaruh curiga karena perbedaan tempat pendidikan. Yang diharapkan bersama, baik pemerintah, sekolah, orang tua dan tentunya para siswa—generasi muda bangsa ini terdidik dengan pendidikan yang baik dan mencerdaskan. Menjadi generasi unggul yang akan menggantikan para pemimpin saat ini di masa yang akan datang.
            *Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat, 4 Jan 2012

No comments:

Post a Comment