Profesi menjadi guru merupakan fenomena yang sedang menjamur di era
belakangan ini. Dahulu, banyak orang yang beranggapan bahwa menjadi guru tidak
akan menjadikan diri kita kaya. Bahkan siap hidup serba kekurangan bahkan hanya
cukup untuk makan minum setiap harinya. Alangkah cepatnya paradigma itu berubah
seiring dengan alokasi anggaran untuk pendidikan yang dinaikkan menjadi 20
persen. Pemerintah dipandang mulai memperhatikan nasib para guru, sekolah dan
pendidikan pada umumnya. Mulai dicanangkannya pendidikan gratis, merupakan
harapan semua masyarakat. Lebih dari itu dalam instansi dan lembaga pelayanan
masyarakat juga mulai diperhatikan dengan serius.
Yang jelas profesi yang satu ini sangatlah menjanjikan untuk
keberlangsungan hidup di masa depan. Setiap orang tidak harus menjadi Pegawai
Negeri Sipil, akan tetapi bila hal tersebut tidak tercapai—maka bisa dengan
jalur sertifikasi. Siapa yang tidak ingin hidupnya sejahtera, makmur dan
bahagia? Pada umumnya, penulis mengamati fenomena yang terjadi bahwasanya hasrat
dan antusias menjadi guru yang saat ini menjamur bukanlah berasal dari
panggilan jiwa yang sejati. Akan tetapi
lebih pada hasrat pemenuhan kebutuhan hidup yang berkecukupan dengan menjadi
guru di sebuah sekolahan.
Hingga ada beberapa orang yang rela membayar berpuluh-puluh juta
demi bisa meraih menjadi pegawai negeri. Sungguh tindakan yang tidak selayaknya
terjadi di negeri ini. Hal ini berarti pendidikan karakter sebagian bangsa kita
belum bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka pasti tahu, paham
dan mengerti akan karakter (watak) setiap perbuatan yang menyimpang tersebut.
Namun apa mau dikata, hedonisme sudah menyelimuti pola hidup sehari-hari mereka
sehingga akal sehat dan hati yang bersih terkalahkan oleh hawa nafsu kebendaan
dan status sosial.
Hijrah menjadi seorang guru semestinya diawali dengan niat
mendedikasikan diri ini untuk bangsa, beribadah kepada Tuhan dan bertekad
mencerdaskan putra putri bangsa dalam keadaan bagaimana pun juga. Mencerdaskan
tidak hanya pada sisi akademik, namun lebih dari itu moral (akhlak mulai) harus
senantiasa dicerdaskan dan dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari.
No comments:
Post a Comment