Setiap orang pasti memiliki permasalahan dan urusan masing-masing. Seperti itu juga para siswa yang sedang menuntut ilmu di sekolah. Dalam setiap kesempatan, berbagai persoalan para siswa sering muncul di hadapan para guru dan pihak-pihak terkait yang berada di lingkungan sekolah. Dalam hal ini guru Bimbingan Konseling (BK) lah yang berwenang mengatasinya. Mereka berusaha mengatasi para siswa yang terkenal nakal, brutal dan sering membuat onar baik di dalam maupun luar sekolah.erti masing-masing.  dan 
Ketika ada seorang siswa yang berambut panjang (gondrong), bertato, melawan guru dan lain sebagainya—maka hal itu berarti siap berhadapan dengan guru BK. Mungkin karena seringnya para siswa ini dipanggil dengan membawa ‘embel-embel’ yang negatif, maka setiap siswa yang menghadap guru BK secara otomatis dicap sebagai anak yang nakal dan bermasalah. 
Kalau kita mengkaji lagi akan tujuan dari BK ini, maka kita akan mengetahui bahwa BK bertujuan dalam rangka membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya. Yaitu aspek pribadi sosial, aspek belajar dan aspek perkembangan karir. Kalau demikian adanya, bagaimana dengan siswa didik lainnya yang sama sekali tidak pernah berhadapan dengan guru BK? 
Penulis beranggapan bahwa tidak menutup kemungkinan para siswa yang berprestasi pun memiliki permasalahan yang lain. Yang mana ia harus juga menghadap guru BK yang bersangkutan untuk menyelesaikan persoalan pribadinya. Hanya saja berbeda kasus dengan para siswa yang dikatakan nakal dan tidak patuh pada aturan itu. 
Bukankah sudah menjadi berita umum bahwasanya seorang siswa yang berprestasi secara akademik banyak mengalami penurunan prestasi setelah masuk dalam organisasi sekolah. Bukan berarti seorang siswa yang bergabung dalam suatu organisasi lantas dipastikan prestasinya menurun, karena tidak sedikit pula yang masih bisa mempertahankannya. Tergantung bagaimana siswa tersebut memenej waktunya; antara belajar, berorganisasi, bermain dan beristirahat.
Sungguh sangat disayangkan apabila siswa yang berprestasi ini juga kurang mendapat perhatian dari pihak sekolah. Kembali pada tujuan BK di atas, bahwa kemungkinan siswa yng bersangkutan sedang ada masalah dengan teman lawan jenisnya (cinta monyet), merasa kesulitan dalam belajar atau terlalu sibuk dengan karir di luar sekolahan misalnya nge-Band, kursus, dakwah dan sejenisnya.
Oleh karena itu, harapannya ke depan—Bimbingan Konseling ini ditujukan tidak hanya bagi mereka yang terkenal nakal dan brutal saja melainkan juga ditujukan kepada para siswa yang lain secara umum, terutama bagi mereka yang berprestasi. Dalam hal ini paling tidak memberikan motivasi supaya prestasinya tetap dipertahankan bahkan ditingkatkan lebih baik lagi. Niscaya, para siswa satu sekolah pun akan mengubah kesan (image) negatif yang selama ini terekam dalam pikirannya menjadi kesan yang positif. Sehingga pada akhirnya, para siswa pun tidak merasa khawatir dan takut ketika harus menjalani proses Bimbingan dan Konseling dari guru yang bertugas. 

 
 
No comments:
Post a Comment