Saturday, May 7, 2011

POTENSI INNER BEAUTY


         Di dunia ini, kelakuan manusia ada yang baik dan ada yang buruk. Ada hamba Allah yang memiliki paras cantik dan mempesona, tapi ada pula yang berparas pas-pasan dan tidak banyak menarik perhatian. Sebagai contoh sederhana, ketika kita menonton sinetron di layar kaca (tv) , ada berapa puluh artis dan aktor yang berparas menawan dan memikat hati pemirsa? Pastinya kita terkagum-kagum dan menikmati dengan senang hati. Namun ketika kedua bola mata ini menyaksikan para hamba-Nya yang kurang bisa mengurus diri, lusuh, awut-awutan dan mungkin jijik untuk dipandang. Maka tak bisa dipungkiri, sama sekali tidak ada rasa tertarik ataupun menyaksikan lama-lama karena memang kurang menyenangkan, terkecuali para komedian seperti tukul arwana atau Omas. Dari sini kita akan tahu bahwa tidak semua orang mampu untuk merawat dirinya sendiri.
          Tapi apakah kecantikan dan ketampanan seseorang itu menjadi standar akan kemuliaan seseorang di mata Allah. Sungguh keindahan wajah itu hanya secuil anugrah dari Allah SWT. Bagaimana seseorang dengan kecantikannya, bisa beryukur kepada Rabbnya atau tidak? Dengan kecantikannya itu pula, apakah seorang wanita bisa menjaga kehormatannya dari orang lain atau tidak?
          Perlukah ketampanan wajah itu dibangga-banggakan dihadapan makhluk lalu diperjualbelikan bak makanan atau minuman? Atau bahkan dipertontonkan tanpa merasa malu dan sadar bahwa itu semua adalah karunia Ilahi yang harus disyukuri. Terus bagaimana cara mensyukurinya? Pertama, Ia bisa menghiasinya dengan tindakan-tindakan yang terpuji, berkata-kata sopan dan tidak menyakiti orang lain. Kedua wajah yang berseri-seri sebagaimana yang Baginda Rasul lakukan. Sehingga, dengan seperti itu akan menyenangkan hati orang lain. Dan cara-cara lain yang tidak bertentangan dengan syariat agama Islam.
          Begitu juga sebaliknya, bagi siapa saja yang memiliki paras kurang beauty maka bukan berarti Allah menyia-nyiakannya di dunia ini. Sebenarnya Dia juga sedang menguji hamba-Nya tersebut, apakah ia sabar dan kuat dengan pemberian dari-Nya ataukah tidak? Bila ia bisa bersabar dan malah bersyukur pada Allah SWT, maka itu lebih baik baginya. Karena bukan dari paras dan wajah yang tampan serta cantik, Allah menilai seseorang. Akan tetapi dari tingkat ketakwaannya dan dari perilakunya yang muncul dari hati sanubarinya. Yakni kecantikan dalam (inner beauty) yang bisa memancar melalui wajah yang ia miliki meskipun tak seindah pelangi dan rembulan di malam bulan purnama.
          Bila ia tidak tahan akan ujian hidupnya, maka ia akan menyalahkan sang Pencipta yang telah membentuk penciptannya di kala lahir. Seolah-olah ia diciptakan ke dunia ini hanya untuk hidup sengsara dan menderita. Apakah manusia tidak ingat dengan oksigen (O2) yang setiap hari ia hirup, dengan kedua mata yang lentik yang setiap saat bisa menikmati keindahan alam semesta, dengan kedua kaki yang setiap waktu bisa melangkahkan kakinya ke mana pun ia mau. Bukankah semua itu merupakan kenikmatan yang tidak dapat dinilai dengan rupiah?
          Maukah seseorang dibayar satu miliyar bahkan lebih dari itu untuk menggantikan kedua matanya dan ditukar dengan angka rupiah sebesar itu? tentu tidak mau kan? Oleh karenanya, kita yang mempunyai fisik sempurna; paras tampan, cantik atau buruk sekalipun, di sana bukanlah tempatnya kita mengukur akan nilai luhur di hadapan Tuhan. Melainkan hati kita yang bersih dari sifat dendam, dengki, iri hati, hasud wa akhwatuha. Itulah inner beauty yang akan menuntun manusia kepada jalan dan Ridho-Nya. Membentuk pribadi yang taqwa dengan potensi hati kita dan bukan atas dasar perawakan kita yang atletis, bertenaga dan penuh aura keindahan bagi mahluk lainnya. Bersyukur atas apa yang sudah kita miliki, menata hati kita supaya tindakan kita senantiasa Indah dalam pandangan Allah dan mahluk-Nya (dengan tanpa kemunafikan).

No comments:

Post a Comment