Friday, May 27, 2011

Mengantisipasi Konvoi Kelulusan

Kelulusan merupakan satu cita-cita jangka pendek yang sangat membanggakan. Setiap sekolah pasti mengharapkan semua siswanya lulus seratus persen, begitu juga orang tua lebih-lebih para siswa. Karena dengan sempurnanya kelulusan siswa, sempurna pula kebahagiaan yang dirasakan semua pihak. Bagaimana tidak? Ujian Nasional yang telah ditempuh bersama-sama mulai dari tingkat SLTP sampai SLTA dengan perjuangan yang tidak ringan akhirnya mendapatkan nilai yang memuaskan. Siapa yang tidak bahagia dengan hasil akhir yang ‘cumlaude’?

Seiring berjalannya waktu sambil menantikan hasil ujian, tentunya satu hal yang tidak boleh luput dari pandangan sekolah yaitu adanya konvoi atau pesta kelulusan. Sebagaimana yang telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, para siswa banyak yang mengekspresikan kebahagiaam mereka dengan corat-coret pakaian seragam. Bukankah perbuatan ini telah menodai sekolah almamater yang bersangkutan? Apalagi di bahu sebelah kanan tertera nama sekolahan yang ditempati. Semestinya hal ini tidak terjadi. 

Sebenarnya wajar, ketika seseorang mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan—lalu ia merayakannya dengan sesama. Hanya saja, bagi kalangan pelajar perlu adanya wadah yang tepat untuk mengekspresikannya. Kalau setiap tahun para pelajar turun di jalan dengan pakaian putih yang telah dicorat-coret dan dengan berkendara motor alias ugal-ugalan maka tindakan tegas perlu ditegakkan. Hal ini bertujuan supaya meminimalisir kesan eforia yang sangat berlebihan.

Kepala sekolah dalam hal ini sebagai seorang pimpinan dalam satuan pendidikan perlu kiranya jauh-jauh hari mengantisipasi pelanggaran tersebut yakni konvoi kelulusan yang tidak sehat. Baik pihak sekolah maupun wali murid setidaknya bekerjasama secara kompak terkait agenda konvoi para siswa. Terkait pelarangan konvoi ini, kita bisa bercermin kepada beberapa sekolah di Sukoharjo .Sebagaimana yang diterapkan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Sukoharjo, bahwasanya mereka melarang siswa melakukan konvoi saat pengumuman kelulusan Ujian Nasional (UN). 

Beberapa hal yang perlu dicontoh yaitu; Pertama, pengambilan hasil ujian oleh orang tua siswa. Berbeda apabila para siswa sendiri yang mengambil, pihak sekolah tidak bisa menyampaikan pengumuman secara langsung kepada wali murid. Ini juga membuktikan bahwa pihak sekolah ikut melibatkan wali murid, sejak awal sampai akhir ujian. Kedua, pengambilan dilakukan pada sore hari. Setelah pulang dari kerja dilanjutkan pengambilan hasil ujian. Maka ini sangatlah efektif bila dibandingkan pengambilan pada pagi hari, mungkin wali murid tidak bisa hadir. Selain itu juga meminimalisir ajang konvoi di jalanan yang melanggar tata tertib lalu lintas dan berakibat banyaknya kecelakaan.

Terakhir, para siswa diwajibkan mengenakan pakaian tradisional atau adat saat pengambilan hasil ujian. Dengan pakaian ini, maka seakan mematahkan keinginan para siswa untuk. Dengan demikian, semoga kebahagiaan lebih sempurna lagi dan lebih tertata rapi saat pengambilan hasil ujian serta jauh dari tindakan anarkis. Sehingga kenyamanan dan keamanan di lingkungan sekitar dirasakan oleh setiap orang. Amin.
*Penulis, Guru SDIT Insan Utama Kasihan Bantul Yogyakarta

No comments:

Post a Comment