Siapa yang tidak bangga memiliki siswa seperti Atik Fajaryani (17), peraih nilai tertinggi tingkat nasional dalam Ujian Nasional (UN) tahun 2011 (KR, 20/5). Keberhasilannya meraih peringkat tertinggi itu sudah sepantasnya diacungi jempol dan support untuk tetap melanjutkan pendidikannya sampai perguruan tinggi. Meski kedua orang tuanya hanyalah seorang lulusan SD dan bekerja sebagai buruh, seorang Atik ternyata bisa membuktikan bahwa ia bisa berprestasi tinggi.
Sebagaimana pemaparan dari orang tuanya, bahwa ia (Atik) adalah anak yang rajin belajar dan patuh kepada kedua orang tua. Seperti inilah yang sudah semestinya terjadi pada setiap siswa yang mengenyam bangku sekolah. Selain mendapatkan nilai yang tinggi, ia pun bisa menerapkan ilmu yang diperolehnya dari sekolah yaitu berupa tata krama dan akhlak yang mulia. Lalu bagaimanakah dengan para siswa kita yang lulus pada tahun ini?
Berkat prestasinya itu, tidak berlebihan kiranya apabila seorang Bupati memberikan apresiasi yang besar serta hadiah berupa laptop kepada seorang Atik. Karena dengan pencapaian ini, citra kabupaten Bantul menjadi terangkat dan menjadi harum. Apalagi dalam Hardiknas nanti Bupati Bantul akan memberikan hadiah dan piagam penghargaan bagi siswa yang berprestasi lainnya. 
Atas perolehan nilai tertinggi dalam skala nasional itu, beberapa aspek yang patut menjadi contoh bagi para siswa lainnya yaitu, Pertama kesederhanaan bukanlah suatu hal yang menghambat prestasi secara akademik. Mungkin sebagian siswa dan kita sebagai guru menganggap bahwa fasilitas yang lengkap adalah faktor kesuksesan utama dalam belajar. Memang kalau dimanfaatkan secara maksimal dan siswa pun mampu menggunakan fasilitas yang ada, sangatlah mungkin bisa menunjang semangat belajarnya. Akan tetapi yang lebih penting yaitu tekad dan kesungguhan dalam belajar, itulah yang diprioritaskan.
Kedua, belajar di waktu pagi merupakan waktu efektif dan mudah dalam menangkap pelajaran. Karena belajar di waktu pagi itu, ada berkah yang tidak semua orang menyadarinya. Sungguh luar biasa mereka yang bisa meluangkan waktu paginya sebelum dan sesudah shubuh untuk menelaah pelajaran. Di samping pelajaran mudah diterima, suasana pun mendukung karena tidak ada gangguan yang bisa membuyarkan konsentrasi belajar.
Sedangkan seorang Bupati yang memberikan apresiasi kepada rakyatnya dalam hal ini kepada Saudari Atik patut juga menjadi contoh para pemimpin lainnya. Guru pemimpin bagi para siswanya, kepala sekolah pemimpin bagi para guru, dan presiden pemimpin bagi rakyatnya. Meski apresiasi ini tidak selamanya berupa materi akan tetapi bisa juga berupa pujian, ucapan terima kasih dan untaian doa untuk kesuksesan di masa yang akan datang.
Seorang guru yang arif senantiasa memotivasi para siswanya dan memberikan apresiasi atas prestasi yang diraihnya. Sekecil apapun itu, siswa yang bertambah ilmunya dan berubah perilakunya dari yang buruk menjadi baik  sangatlah butuh akan apresiasi kita. Semenjak kita berinteraksi dengan mereka—marilah penulis mengajak kepada para guru supaya bisa memberikan apresiasi terbaik untuk para siswa kita. Semoga langkah kecil ini bisa mengantarkannya pada prestasi yang gemilang di masa depan. Amin.

 
 
No comments:
Post a Comment