Friday, May 6, 2011

Kota Pariwisata Sampai Mancanegara


-->
           Yogyakarta berhati nyaman. Setidaknya itulah yang sangat dirindukan oleh semua kalangan masyarakat baik masyarakat pribumi maupun luar kota Jogja. Setelah genap satu bulan ini, ancaman erupsi merapi menghantui kehidupan warga di Yogyakarta—suasana yang aman dan nyaman sangatlah dinanti-nantikan kedatangannya. Mengembalikan citra kota Yogyakarta yang aman tentunya tidak hanya dilakukan dari satu kalangan saja, akan tetapi secara bersama-sama dari semua kalangan yang tinggal di sana.
            Berbagai julukan bagi kota Yogyakarta seperti halnya kota Pendidikan, kota Pariwisata, kota pelajar dan julukan yang lain harus sepenuhnya dilestarikan dan dijaga supaya kota Yogyakarta benar-benar nyata sebagaimana julukan tersebut. Menyoroti Julukan kedua yaitu kota Pariwisata—Yogyakarta yang kaya akan objek wisata jangan sampai kehilangan citranya bahwa objek wisata yang ada sudah tidak banyak pengunjungnya bahkan dihindari. Dari sekian banyak ojek wisata di Jogja, dari pihak pemerintah daerah tentunya masih bisa mengupayakan perkembangannya, baik dengan penambahan fasilitas baru atau penurunan Harga Tiket Masuk (HTM). Penambahan fasilitas yang diikuti dengan kenaikan HTM sepertinya kurang memihak masyarakat karena mayoritas masyarakat kita berasal dari kalangan menengah ke bawah. Sehingga ketika hendak mengunjungi objek wisata tertentu maka mereka harus merogoh kocek dalam-dalam dan berfikir panjang ke depan karena HTM yang terlalu tinggi.
            Penyeragaman penurunan harga HTM di seluruh objek wisata kiranya perlu digalakan, paling tidak untuk menarik warga masyarakat supaya berbondong-bondong berkunjung ke sana. Apalagi pada saat-saat sekarang ini, banyak warga yang dilanda stress dan problematika pasca erupsi merapi. Mereka perlu obat rohani, salah satunya yaitu menghibur diri dengan berbagai kesenangan dan permainan. Mereka tidak hanya membutuhkan makanan, akan tetapi makanan rohani yang lezat juga sangat penting mengingat tekanan hidup yang dialami cukup berat. Berbicara keuntungan yang didapat pihak pengelola obwis mungkin sementara diindahkan dulu, apalah artinya keuntungan yang melimpah apabila banyak juga masyarakat yang tidak bisa menikmati objek wisata.
            Setiap orang membutuhkan hiburan dan penyegaran kembali fikirannya seperti halnya komputer atau laptop juga membutuhkan refresh supaya bisa lebih stabil dalam menjalankan programnya. Apabila fikiran dan jiwa manusia terlalu tertekan dengan cobaan hidup yang berat, maka bisa mengakibatkan tindakan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, program insidental pemerintah daerah perlu segera dibentuk dan diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
            Sebagai kota Pariwisata yang sudah dikenal sampai tingkat Internasional ini, upaya dan usaha yang keras perlu segera direalisasikan supaya citra kota Yogyakarta kembali terangkat dan perekonomian kembali berjalan lancar. Sebenarnya tujuan inilah yang semestinya dicapai oleh setiap warga Yogyakarta, begitu juga kebahagiaan lahir dan batin perlu dipupuk setiap saat. Tidak lantas diteror dengan informasi media yang kurang valid dan terlalu melebih-lebihkan. Bukannya menghibur dengan tayangan yang bisa mengundang gelak tawa ataupun menenteramkan jiwa, malah media semakin inten dengan berita yang meresahkan masyarakat.
              Perhatian Pemerintah
            Saat ini jumlah pengungsi di berbagai tempat mulai berkurang. Sebagian masyarakat sudah kembali beraktivitas seperti biasanya. Sebagian yang lain masih bertahan di barak pengungsian—entah sampai kapan mereka akan tinggal di sana. Transmigrasi pun mulai dilakukan oleh beberapa warga korban erupsi merapi. Sementara sebagian yang lain masih terkatung-katung tak jelas, kehilangan rumah dan pekerjaan. Mereka tidak tahu harus berbuat apa untuk mencukup kebutuhan hidup sehari-hari tanpa pekerjaan. Bagaimana penghasilan bisa masuk sementara pekerjaan yang diakoninya tidak ada?
            Selama ini, para pengungsi hanya mendapat hiburan dan permainan di barak pengungsian dan di bawah tenda—apakah tidak mungkin pemerintah menyelenggarakan program baru misalkan saja ‘plesir bareng’ ke tempat objek wisata di sekitar Yogyakarta? Misalnya pada hari Minggu diadakan program piknik ke Kidsfun dengan cuma-cuma alias gratis. Bukan berarti memanjakan para pengungsi, akan tetapi memang hal itu sangat dibutuhkan oleh mereka. Apalagi anak-anak yang sangat menyukai permainan.
            Piknik bersama ini tentunya tidak dengan paksaan, namun dengan ajakan yang halus dan menarik hati mereka. Dengan demikian keinginan untuk ikut serta akan muncul dalam benak mereka. Supaya lebih menarik lagi, bisa diadakan pembagian doorprice yang tidak biasa-biasa saja, akan tetapi doorprice yang bisa menggugah semangat keikutsertaan mereka dalam acara tersebut. Pastinya raut wajah mereka akan sedikit banyak berubah, dari yang sebelumnya pucat pasi, baru mendengar kabar piknik gratis—hatinya akan senang kegirangan. Apalagi ketika hendak berangkat ke tempat tujuan—semangatnya tumbuh kembali seperti menemukan kehidupan yang baru lagi.
            Mungkin selama ini, banyak dari warga Yogyakarta yang belum pernah masuk apalagi menikmati tempat rekreasi Kidsfun. Inilah kesempatan yang baik untuk menumbuhkembangkan rasa kecintaan mereka pada keluarga. Rasa cinta dari pemerintah kepada rakyatnya sebagai bukti perhatiannya terhadap kesejahteraan rakyat dan kenyamanannya tinggal di Yogyakarta. Alasan lain kenapa harus diluar barak pengungsian, karena dengan suasana yang berbeda akan menjadikan suasana hati yang berbeda pula, lebih-lebih pada jiwa anak-anak—mereka mungkin sudah bosan bermain di sekitar tempat pengungsian. Oleh karena itu supaya kebosanan itu tidak terus melekat dalam hati mereka—perlu adanya variasi dalam mencari hiburan, salah satunya rekreasi bareng.
            Langkah seperti ini juga bisa menjadi salah satu upaya mengenalkan kota Yogyakarta sebagai kota Pariwisata. Citra tinggi ini perlu dijunjung setinggi mungkin, tentunya bukan hanya pada satu tempat saja, akan tetapi di berbagai tempat wisata di Yogyakarta. Semakin gencar pariwisata di Yogyakarta dikunjungi oleh masyarakat, maka akan tumbuh dan berkembang pula image bahwa Yogyakarta memang benar-benar kota Pariwisata yang diakui sampai ke Mancanegara. Perhatian pemerintah inilah yang setiap saat dinantikan setiap saat. Apabila citra pariwisata baik, maka akan baik pula pandangan dari luar bahwa pemerintahnya juga baik.
            Niscaya, upaya pemerintah yang serius akan bisa mengembalikan citra kota Yogyakarta sebagai kota Pariwisata. Kota yang akan banyak dikenang karena kenyamanannya, keunikannya dan keistimewaannya dibanding dengan daerah lainnya.
                                        

No comments:

Post a Comment