Oleh: Wawan Hary
Masalah merupakan salah satu
pelengkap hidup seseorang. Masalah hadir dalam kehidupan kita bukan tanpa
maksud dan tujuan. Ia sengaja dikirimkan oleh Alloh SWT dengan membawa visi dan
misi yang jelas dan terukur. Tinggal bagaimana manusia menyikapi masalah tersebut
dengan penuh syukur dan kewaspadaan. Semua membutuhkan ilmu dan penataan hati
yang tidak bisa semaunya sendiri. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim harus
mengetahui betul prinsip hidup ketika masalah itu menimpa kita. Salah satu
contoh masalah hidup ini adalah permasalahan dalam rumah tangga.
Rumah tangga yang bahagia bukanlah
rumah tangga yang berjalan tanpa masalah. Bahkan bila kita mencarinya di dunia
ini, rumah tangga siapa yang tidak ditemukan masalah. Bahkan Rasulullah SAW
sendiri tidak sepi dari masalah dalam keluarga. Karena sejatinya, masalah dalam
rumah tangga yang muncul dengan berbagai bentuknya bukanlah bermaksud
menghancurkan bangunan itu sendiri, akan tetapi menguatkan dan mengokohkan
supaya lebih kuat lagi perjalanan menuju dermaga yang indah. Barangkali awal-awal
pernikahan, masalah muncul karena kebutuhan rumah tangga habis. Meteran listrik
memanggil-manggil, beras di dapur tinggal wadahnya, gas elpiji bak tong sampah,
kiriman medsos stagnan pada gambar jam kotak dan tak juga membiru, serta
kebutuhan rumah tangga lain yang minta segera ditangani.
Bulan kedua pernikahan berjalan,
kebutuhan rumah tangga alhamdulillah sudah tercukupi. Setiap hari kini sudah
bisa memasak nasi seperti semula. Tiba-tiba istri bilang bahwa ia telat haid,
suami pun berfikir keras.
“Jangan-jangan, dia hamil?”
Kenapa sebagian suami
mempermasalahkan kehamilan seorang istri, sedangkan ia sendiri sudah disahkan
sebagai pemimpin rumah tangga. Kehamilan bukanlah masalah yang perlu
disesalkan, ia adalah anugerah terindah yang dikirim Alloh SWT untuk
meningkatkan kualitas pribadi maupun kuantitas rejeki. Setiap anak yang
ditakdirkan lahir di dunia ini sungguh membawa rejekinya masing-masing. Menyangsikan
rejeki atas lahirnya anak sama artinya menyangsikan kekuasaan Alloh Sang Maha
Pemberi rejeki terbaik.
Kita kembali bahwasanya masalah
datang tidak hanya kebetulan saja atau iseng-iseng untuk menambah cerita
kehidupan kita di dunia. Beberapa alasan kenapa masalah dihadirkan yaitu
pertama bukti cinta Alloh SWT kepada hamba-Nya. Sebagaimana sabda Nabi SAW, “ Apabila Alloh menicintai suatu kaum,
Dia akan menguji mereka”. Memang, cinta Alloh tidak semua diwujudkan dalam
bentuk hadiah yang mengembirakan, namun cinta-Nya seringkali berupa ujian yang
akan banyak menguras genangan air mata dan kejernihan hati manusia. Bukankah terkadang
rasa pahit akan lebih menyembuhkan daripada rasa manis yang memabukkan?
Kedua, membuat kita semakin sabar. Siapa
yang tidak hafal, orang sabar disayang Tuhan. Atau firman Alloh SWT :”Sesungguhnya
Alloh bersama orang-orang yang sabar” dan lain sebagainya. Semua ungkapan iu
benar adanya. Yang perlu kita laksanakan adalah pembuktian bahwa kita mampu
bertahan atas kondisi yang sangat tidak mengenakan.
“Sabar ya, semoga banyak hikmah
setelah ini”
Ketiga, melatih kita untuk pandai
bersyukur. Bukankah masalah itu datang hanya di waktu-waktu tertentu saja? Terkadang
sebulan sekali, dua bulan sekali dan seterusnya. Masalah dalam rumah tangga
terkadang datang dengan rupa yang cukup pelik. Masalah anak, keuangan, dunia
kerja, persahabatan, kebutuhan biologis dan orang ketiga. Pesan bagi seorang
istri, hendaknya tidak suka menghapus kebaikan-kebaikan seorang suami yang
selama ini menemani dalam suka duka. Hendaknya lebih berhati-hati menata diri
secara perilaku dan spiritual, karena hakikatnya istri yang baik adalah dia
yang dipandang suaminya selalu menyenangkan, saat diperintah suaminya
senantiasa mematuhi, dan dialah seorang istri yang selalu menjaga harta serta kehormatan
dirinya saat suaminya tidak di rumah.
Pesan juga bagi seorang suami, mensyukuri yang sudah ada akan
membuat diri lebih baik dibandingkan memusingkan apa-apa yang belum didapatkan.
Kikislah sikap rakus dan serakah terhadap apa-apa yang bukan milik kita,
tentunya semua itu sudah secara proporsional diberikan oleh Alloh SWT. Sebagai contoh,
seorang anak remaja yang dimanja lalu diijinkan mengendarai mobil di jalan raya
bukankah ini sebuah bahaya besar? Berapa banyak kecelakaan terjadi akibat
terlalu dini mengemudikan kendaraan? Terhadap yang sudah ada marilah kita
syukuri, dan terhadap yang belum kita miliki tetap diikhtiari tanpa ada hasud,
iri dan sikap serakah.
No comments:
Post a Comment