Sunday, July 31, 2022

Pentingnya Riyadoh Orang Tua Bagi Anak-Anaknya

Oleh: Wawan Hary

            Sebuah pertanyaan sederhana barangkali ini terjadi pada diri kita atau keluarga kita. Sebenarnya darimana anak belajar membentak? Orang tua. Dari siapa anak belajar membela diri meski salah? Orang tua. Dari mana anak bisa menyalahkan orang lain dan tidak mau meminta maaf? Orang tua. Seorang anak adalah peniru ulung yang dengan panca inderanya mampu menirukan gaya, ucapan, cara berpakaian, cara makan, bahkan cara orang tua marah.

            Barangkali sebagian orang tua ada yang suka mencubit atau memukul seorang anak ketika ia nakal atau usil pada adiknya. Karena kenakalan anak membuat adiknya menangis, lalu orang tua membentak dan memukul si anak. Kasihan bukan?

            Suatu saat ketika anak bermain dengan adiknya lagi, dan merasa disakiti, maka ia akan membentak dan memukul adiknya. Orang tua lalu datang dan memisahkan percekcokan mereka.

            “Sudah dibilangi, kalau sama adiknya jangan memukul!” Ucap orang tua tanpa merasa ada yang aneh pada ucapannya

            Sekali lagi anak adalah seorang peniru ulung yang susah dicegah karena itu bersifat natural. Bukankah seorang gadis kecil suka memakai lipstik ibunya di depan cermin karena ingin terlihat cantik? Sebenarnya dari mana ia meniru gaya memakai lipstik tersebut. Kalau bukan karena orang tua yang berdandan ria di hadapan anak langsung, sepertinya tidak akan terjadi lipstik diputer-puter dan dioleskan pada wajah anak.

            Oleh karena itu, orang tua adalah role model, contoh terbaik dan nyata yang dihadapi langsung oleh anak. Anak seorang perokok aktif, maka tidak heran anak-anaknya menjadi penghisap asap sejak dini. Bagaimanapun juga guru menasihati, ribuan nasihat keluar setiap hari di telinga anak, jika orang tua masih memberikan teladan dan contoh yang sama, tetap akan ditiru. Karena anak adalah peniru ulung.

            “Ayo kita shalat di masjid!” Ucap seorang bapak

            “Nanti yang ikut shalat bisa ikut jajan” Lanjutnya

            Wah, kalau anak shalat hanya karena jajan berarti kalau tidak beli jajan anak tidak akan shalat. Barangkali ada yang berfikir seperti itu. Wajar saja. Memang di mana pun tempat, anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, mereka sangat tertarik dengan jajan atau mainan, bukan traktiran gratis atau hanya sekedar naik mobil keliling jalan raya. Pada prinsipnya, kebaikan itu harus dibiasakan bukan datang ujug-ujug atau bimsalabim.

            Ya Alloh jadikanlah anak-anak kami anak yang sholeh-sholehan. Tapi waktunya shalat anak dibiarkan bermain hape, waktunya mengaji malah sering diajak ngabuburit, saatnya latihan khataman malah diajak malam mingguan di alun-alun. Sholeh sholehah butuh dikawal ketat dan diriyadhohi, minimal bacakan fatihah sehabis shalat buat anak-anak kita supaya pikiran, hati dan wawasannya terbuka lebar sehingga mudah menerima petunjuk ataupun ilmu dari siapapun.

Sebagaimana dawuh Bu Nyai Hj. Khoiriyyah Baidlowi, Kakak ipar K.H Maimoen Zubair: “Bagi yang ingin keturunannya ‘alim dan rezekinya berkah, yaitu ngakeh-ngakehno (memperbanyak) membaca Ya Fattahu Ya Razzaq”. Atau Dawuh dari Bu Nyai Hj. Musyafa’ah Adlan, PP. Walisongo, Jombang :“Jika ingin putra-putrinya hafal Qur’an. Syaratnya orang tua harus ikhlas jika anaknya menghafalkan Qur’an. Lalu orang tuanya mengirimi fatikhah kepada anaknya sehari semalam 100x, dan orang tua juga harus rajin qiyamul lail (tahajjud), berdoa kepada Allah supaya anaknya diberikan kemudahan dalam menghafal Qur’an.” 

            Inilah yang disebut dengan riyadhoh bathiniyyah, ikhtiar orang tua yang tidak tampak mata manusia tetapi dilakukan secara kontinyu dan istiqomah. Selain anak-anak terbiasa meniru kebaikan orang tua dalam bersikap dan berbicara, mereka sangat membutuhkan doa kita, tirakat kita, riyadhoh kita. Kalau kita sudah dijadikan wasilah sebagai peminta sesuatu pada Alloh, kita juga harus berusaha bengun malam, berwudlu, ambil sajadah, pakai pakaian  terbaik, lalu lafalkan Allahu akbar. Selesai dari itu kita mengangkat kedua tangan dan berdoa: “Robbi hablii minashshoolihiin, robbij’alnii muqiimashsholaati wamin dzurriyyati robbanaa wataqobbal du’aa” dan seterusnya.


No comments:

Post a Comment