Sunday, May 22, 2011

Diam yang Sebenarnya

Ketahuilah bahwasanya manusia itu terkadang berbicara dan terkadang pula diam. Maka apabila ia berkata kebaikan, itulah suatu keberuntungan, tetapi apabila ia berkata kejelekan maka itu adalah suatu kerugian. Beruntung karena mendapatkan pahala dari Allah SWT, rugi karena bisa mengantarkan dirinya pada siksa dan dosa. Oleh karena itu hendaklah seseorang itu tidak banyak berbicara (yang tidak bermanfaat). Lebih baik ia tidak banyak omong (diam) demi keselamatan dirinya dari berbicara yang tidak baik dan kurang bermanfaat toh tak ada pahala yang ia dapatkan.

Rasulullah bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam". Demikianlah sabda seorang rasul pilihan umat, betapa diam itu menjadi pilihan utama ketika kita tidak mampu berbicara yang santun dan penuh makna. Mungkin di sekitar kita, tidak sedikit kita temukan orang yang tak mampu menahan/mengontrol dirinya untuk tidak berbicara keburukan malahan menggunjingkan saudara sendiri sehingga terjadilah kesenjangan yang sangat membahayakan kedua belah pihak. Maka orang seperti inilah bisa dikatakan orang yang bodoh (jahil), ketika banyak kata-katanya yang keluar hal itu menjadi cacat bagi dirinya.

Sebaliknya apabila seorang penyeru agama (kebaikan) yang banyak keluar kata-kata, maka hal itu merupakan hiasan bagi dirinya karena akan mengantarkan manusia yang lain ke jalan kebenaran. Terkait dengan kedua hal inilah Rasulullah SAW menyampaikan sabdanya yang berbunyi "Diamnya seorang yang 'alim adalah suatu cela (cacat) dan perkataannya adalah hiasan sedangkan perkataan orang yang jahil (bodoh) adalah suatu cela (cacat) dan diamnya adalah suatu hiasan". Sabda Rasulullah ini seiring dengan perkataan Lukman kepada anaknya yakni, andai saja perkataan itu adalah perak makadiam adalah emas. Selain itu juga perkataan ibnul Mubarok yaitu, apabila berkata dalam rangka taat kepada Allah itu adalah perak, maka diam dari bermaksiat kepada Allah itu adalah emas.

Betapa besar nilai dari diamnya seseorang, tetapi harus ingat bahwasanya diam yang mencelakakan itu bukanlah ibarat emas atau perak tetapi seperti besi yang panas. Besi panas yang disentuh pasti akan membakar kulit kita dan merugikan siapa saja yang terkena olehnya. Maka dari itu selamatkan diri ini dengan diam yang mengandung kemanfaatan dan tidak menimbulkan madharat yang lebih besar dalam kehidupan seseorang.

No comments:

Post a Comment