Saturday, April 30, 2011

Hari Libur yang Lebih Bermakna





           
           Hari libur merupakan masa yang sangat dinanti-nantikan oleh setiap orang. Namun, sebagian besar dari kita seringkali kurang tepat dalam memanfaatkan masa liburan tersebut. Imej hari libur yang kita pahami selama ini yaitu masa istirahat secara total dari suatu pekerjaan. Hal ini selaras dengan apa yang tertulis dalam kamus bahasa Inggris ‘Oxford’ karya AS Hornby—di sana tertulis holiday ;day of rest fromwork yang berarti hari istirahat dari pekerjaan.Kalau ungkapan ini diterapkan pada siswa, maka akan menjadi hari istirahat dari belajar. Kenapa? Karena memang sejatinya pekerjaan mereka tidak lain adalah belajar dan bukan mencari uang.
        
               Sebelum hari libur tiba, biasanya bapak atau ibu gurumengumumkan kepada para siswa :”Anak-anak, besok kita libur sekolah”. Kalau sejak dini kata-kata ini kita lontarkan kepada siswa didik, maka yang akan terjadi adalah pemahaman bahwa mereka di hari libur tidak perlu belajar dan tidak perlu membaca atau menulis pelajaran.Padahal membaca buku merupakan sumber dari bertambahnya wawasan seseorang. Kalau sampai aktivitas belajar itu dihentikan, maka untuk memulai lagi tentunya membutuhkan kekuatan yang besar yakni tekad dan kesadaran yang tinggi bahwa dia butuh ilmu dan pengetahuan. Memang benar, belajar bukan hanya dari membaca buku—namun yang penting yaitu mengisi waktu luangdengan kegiatan yang positif dan tidak didominasi dengan permainan belaka.
           Lalu bagaimana dengan kita sebagai seorang guru? Apakah kita juga sama istirahat dari pekerjaan? Memang dalam realitanya, saat hari libur tiba—kita tidak ada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah, akan tetapi sungguh belajar tetap menjadi kebutuhan pokok kita setiap saat. Entah itu membaca buku, searching internet, menulis dan melakukan pengamatan terhadap kondisi sosial masyarakat kita. Sabda Rasulullah SAW: “Tuntutlah ilmu sejak berada dalam buaian sampai liang lahat”.Kalau dari pemimpin umat saja memerintahkan seperti itu, pastilah ada maksud yang sangat baik dari beliau—tidak lain supaya kita menjadi orang yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara tercinta.
Kalau sudah bermanfaat bagi orang lain, kehidupan pun akan terasa ada nilainya. Oleh karena itu, salah satu upaya agar hari-hari kita selalu bermanfaat yaitu dimulai dari merubahimage hari libur dengan kata yang lain. Kata ‘libur’ tentunya akan terkesan berbedadengan ‘belajar di rumah’ atau ‘belajar kelompok’ dan kalimat lain yang senada dengan itu. Kenapa belajar di rumah? Karena dengan ungkapan belajar di rumah, maka para siswa akan senantiasa ingat apa pesan dan pengumuman dari para gurunya di sekolah. Dan akhirnya, mereka pun meluangkan waktu di rumah untuk membaca dan belajar sesuatu yang menunjang potensi dirinya seperti membantu memasak, membuat kue lebaran, membuat kerajinan tangan, mendesain di komputer, bercocok tanam dan kegiatan lain yang sesuai keinginan mereka.
           Terakhir, semestinya tidak ada kata libur untuk belajar. Inilah yang perlu kita perkuat dalam-dalam pada diri kita dan diri para siswa. Mereka berkembang dan maju dalam belajarnya bukan hanya karena keinginan yang tinggi untuk meraih cita-cita, akan tetapi motivasi secara inten dari para gurunya lah yang sangat berperan, di samping pendampingan belajar dari orang tua di rumah. Nantinya, saat mereka masuk kembali ke sekolah yang ditanyakan bukan : “Bagaimana liburan kalian di rumah?” akan tetapi :”Bagaimana belajar kalian di rumah, apa saja yang kalian pelajari?”. Diharapkan, semoga dengan ungkapan sederhana ini akan membawa putra-putri bangsa kita menjadi pembelajar sejati yang tidak kenal kata libur dalam belajarnya. Amin.
*Penulis, Guru SDIT Insan Utama Kasihan Bantul Yogyakarta

No comments:

Post a Comment