Oleh : Wawan Hary
Aku bertemu dengannya di Kantor Urusan Agama (KUA). Kami duduk di
salah satu ruangan yang biasanya digunakan untuk acara ijab qabul dan pembinaan
para petugas pernikahan. Kami bercakap-cakap ngalor ngidul yang penting bisa
berbagi pengalaman tentang kehidupan.
Dalam sela-sela obrolan ringan,
problem dalam rumah tangga pun tak pernah ketinggalan karena itu pembahasan
yang tak akan ada habisnya.
“Kemarin kelahiran anak kedua,
istriku cesar”
“Aku sudah nyiapin uang tujuh jutaan
buat kelahiran dan berharap normal-normal saja. Ternyata Alloh ingin aku lebih
kuat lagi. Akhirnya habis sekitar 17 juta.”
Menjadi guru honorer baginya
merupakan pilihan dalam hidup, meski bukan keputusan yang paling final. Siapa
pun menginginkan menjadi seorang guru dengan gaji yang lebih layak dan prospek
bagus di masa depan.
“Mbak njenengan tahu masalah ini?”
tanyaku
“Iya, dia tahu. Bagaimanapun juga
aku harus cerita. Ya itu, dia mbak ku yang baik hati. Kalaupun aku nggak
cerita, dia akan nanya. Apa ada uang untuk ini untuk itu?”
“Dia memang mbakku yang katakanlah
garda terdepan dalam keluarga.”
Kakak perempuannya seorang PNS dalam
salah satu madrasah. Aku juga mengenalnya sebagai orang yang baik hati, low profile
dan tidak neko-neko.
“Kamu masih bisnis peci kan?”
“Iya masih, tapi sudah tak lempar
adikku. Di rumah nggak ada tempat. Di rumah sebelah sudah ditempati yang lain.”
Saat ini, selain menjadi guru
honorer di salah satu Sekolah Dasar, ia sering memposting barang jualannya
yaitu madu murni. Katanya, kemarin ia datang ke rumah kakak perempuannya untuk
membayar hutangnya. Karena yang 17 juta sebagian dari kakanya.
“Sudah, dipakai dulu saja.
Kapan-kapan nggak papa.”
Kakaknya menolak dan memintanya
untuk dipakai dulu. Alangkah sayangnya seorang kakak pada adiknya. Ini pasti
hasil didikan orang tuanya yang senantiasa mengajarkan untuk mengasihi sesama
saudaranya.
“Ya sudah aku tak pulang dulu,
barangkali njenengan masih ada perlu lagi”
“Iya, nggak papa. Kapan-kapan
kita ngobrol lagi. Yang penting saling mendoakan, bermanfaat bagi kita.”
Ia meninggalkan KUA dan membawa
selembar kertas berisi nomor ID mushola di depan rumahnya. Allohu akbar. Alloh
Maha Besar kawan. Sebesar apa hutangmu, sebesar apa masalahmu, sebesar apa
problematika kehidupan rumah tanggamu. Tetap saja Alloh Maha Besar. Dan lainnya
kecil bagi-Nya. Kembalilah kepada-Nya. Dia Mengetahui jalan terbaik atas
masalah yang menimpa kita. Wallahu a’lam bishowab.
No comments:
Post a Comment