Sayyid Muhammad dalam kitabnya At
tahliyyah wat targhiib fit tarbiyyah wat tahdziib, beliau menuliskan bahwa
ada tiga perkara yang harus dimiliki oleh seseorang untuk mencapai kehidupan
yang sukses. Dalam hal ini yang dituju adalah sukses dalam urusan ekonomi atau
yang lebih kita kenal dengan sukses berbisnis.
Pertama, al’ilmu (memiliki ilmu).
Seorang bisnisman atau bisniswomen harus memiliki ilmu yang hendak dilakukan. Seorang
pedagang cilok misalnya, ia harus tahu ilmu bagaimana meracik bumbu beserta
tepung supaya rasa cilok tidak hambar dan senantiasa enak di lidah. Seorang tukang
servis komputer, ia harus tahu ilmu software dan hardware untuk memperbaiki di
mana sisi kesalahan dan eror yang biasa terjadi. Seorang pengusaha kerupuk, ia
harus tahu bagaimana mengeringkan kerupuk yang cukup supaya kelak ketika
digoreng bisa membentuk kerupuk yang
mengembang dan renyah di lidah setiap orang. Tanpa ilmu ini semua, maka
kehidupan seseorang akan semakin tidak jelas dan susah mendapatkan pundi-pundi
rupiah yang siang malam dibutuhkan.
Kedua, al ‘amal (memiliki usaha/mau
action). Beliau menomorduakan ‘amal bukan tanpa sebab. Kalau difikir secara
logis, seseorang lebih baik tidak memegang uang tetapi memiliki usaha. Daripada
bergelimang harta, tetapi tidak ada usaha apapun. Bisa jadi sakit, ataupun
sekedar menghabiskan harta warisan. Maka uang bukanlah perkara yang sangat
urgen dalam posisi seseorang mencari penghidupan yang layak. Usaha dan bisnis
seseorang tidak selamanya dimulai dengan modal uang yang berlimpah. Lebih-lebih
di era 4.0 ini, seseorang asalkan memiliki jaringan internet yang bagus, ia
akan dengan mudah mendapatkan rupiah.
Ia tidak harus memiliki barang untuk berusaha, akan tetapi bisa
melalui kerja sama dengan mereka para pedagang yang hendak menjual barang
dagangannya. Misalnya saja, kita memiliki tetangga pecinta burung—maka kita
bisa mengambil gambar dengan smartphone kita dan menawarkan di dunia maya. Tentunya
dengan akad yang jelas dengan pemilik hewan piaraan tersebut. Dan berbagai
usaha yang ada di sekitar kita, asalkan kuota masih ada—rejeki akan datang
kepada kita. Catatan pentingnya adalah kita tidak malu berusaha dan mencari
rejeki di jalan yang halal.
Ketiga, at tadbiir (manajemen yang baik). Ternyata memiliki ilmu
dan usaha perlu didukung dengan manajemen yang baik dari seorang pebisnis. Bagaimana
ia mengatur tokonya, bagaimana ia memanaj keuangan per bulan, bagaimana kinerja
pegawainya atau kurirnya, apakah antara pemasukan dan pengeluaran sudah sesuai
porsinya, apakah semua transaksi tercatat dengan rapi dalam buku harian seorang
bisnisman. Karena tidak sedikit seseorang memiliki barang, modal dan usaha,
akan tetapi tidak tahu arah ke depan—maka usahanya tidak bertahan lama. Kita ambil
contoh seorang pedagang online (online shop)—paling tidak ia harus mampu
bermain medsos, posting produk ke sana ke mari tanpa kenal lelah dan menyerah,
mendesain handphonenya sebagai wasilah (perantara) datangnya rejeki bukan
sebaliknya malah menghabiskan jatah rejeki, mampu menciptakan konten marketing
yang menarik customer baik dengan cara memberikan promo ataupun bonus yang
berbeda dari yang lain.
Selain itu ia juga harus berusaha bagaimana para pelanggan
mengetahui jualan khas kita, minimal satu produk unggulan. Misalkan kita ingin dikenal oleh pelanggan
sebagai pedagang mie ayam instan, maka ciptakan pada pelanggan bahwa kita
adalah pedagang mie ayam instan. Meski di sisi lain kita juga berjualan pulsa,
kuota bahkan baju lebaran. Kalau ini kaum hawa mesti banyak yang berbakat. Seorang
presiden Ir. Joko Widodo, beliau masih sangat terkenal sebagai seorang tukang
kayu karena memang sebelum terjun di dunia pemerintahan—beliau seorang tukang
kayu. Meski sekarang posisinya sebagai kepala negara, aura profesi beliau tidak
hilang. Hingga suatu saat, ketika sudah purna tugas sebagai presiden, dan
beliau ingin kembali pada dunia pertukangan maka nama beliau sudah kembali
seperti sedia kala. Sampai di sini sangatlah jelas kiranya.
Manajemen yang bagus akan membuat usaha kita semakin maju dan
berkembang. Kita harus kuasai ilmu bisnis, mau berusaha, dan menjalankan
manajemen yang baik—niscaya dunia ekonomi kita akan seimbang dan kita dijauhkan
dari sifat orang yang hina yakni peminta-minta, banyak hutang dan hidup fakir. Na’udzubillah
min dzaalik.
No comments:
Post a Comment