Friday, May 6, 2011

URGENSI METODE MENGAJAR

         Pendidikan merupakan bekal seseorang di masa yang akan datang. Dengan pendidikan itulah, seseorang bisa merubah dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya. Setiap hari kita dituntut untuk menjadi lebih baik, tentunya dengan belajar yang rajin tanpa mengenal putus asa. Apalagi bagi seorang guru, belajar adalah menu utama untuk menggali lebih dalam lagi potensi dirinya. Sehingga ia belajar bukan saja mendobrak dan menunjang kecerdasan anak, akan tetapi juga kecerdasan pribadinya.
         Seorang guru, seringkali memahami bahwa dirinyalah sumber dari pembelajaran para siswa didik (Teacher Centered). Sehingga sedikit sekali memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berbicara, berpendapat dan keahlian verbal lainnya. Hal ini biasanya terjadi karena seorang guru terlalu sibuk menjelaskan materi pelajaran di kelas. Ustadz Mahmud Yunus pernah mengutarakan sebuah maqolah yang berbunyi “ At Thoriiqoh ahammu minal maddah”, metode itu lebih penting daripada materi itu sendiri. Padahal belum tentu apa yang disampaikan guru di kelas—menarik dalam pandangan siswa.
          Sebagai pendidik, tentunya ia harus bisa memahami akan potensi-potensi para siswanya. Ia semestinya tidak menganggap mereka adalah anak-anak yang tidak tahu apa-apa dan lemah dalam berpikir. Sebagai contoh sederhana, seorang guru bahasa Indonesia yang meminta para siswanya untuk membuat karangan tentang pengalaman pribadinya dengan teman atau saudara-saudaranya. Sekilas, kegiatan mengarang sepertinya suatu aktivitas yang sangat sulit dilakukan dan suatu beban bagi murid.
          Mereka merasa bingung mau mulai dari mana? Apa kata pertama yang akan mereka tulis di buku tulisnya? Banyak diantara mereka yang mengatakan tidak mampu melakukannya dan merasa kesulitan. Dalam kondisi yang seperti ini, seorang guru harus jeli dan segera bergerak supaya mereka terbantu dan tidak keberatan dengan tugas darinya. Beberapa hal yang bisa dilakukan yaitu; mula-mula ia mendekati para siswanya lalu mengajaknya untuk berdialog singkat. Guru tidak perlu menanyakan akan kesulitan siswa. Akan tetapi langsung bertanya pada fokus yang dituju, misalnya pertanyaan seperti berikut: “Kamu pernah jalan-jalan nggak? Ke mana? Dan seterusnya.
          Dengan demikian, seorang anak akan segera terangsang untuk mengingat-ingat pengalaman masa lalu yang sebelumnya belum teringat. Sehingga dalam waktu yang tidak lama, seorang siswa akan menuliskan apa-apa yang diingatnya. Dalam hal ini, seorang guru sangatlah berperan dalam upaya membangkitkan kecerdasan ataupun bakat berkarya siswa yang masih terpendam. Untuk mencapai keberhasilan menulis karangan, seorang guru bahasa Indonesia yang baik juga harus ikut melakukan aktivitas menulis pengalaman pribadinya sewaktu kecil. Seorang anak akan merasa ada teman yang sangat dipercaya yaitu gurunya sendiri. Dan pada akhirnya semua yang berada di dalam kelas menghasilkan sebuah karya berupa pengalaman pribadinya dengan orang lain.
          Selain melatih kepekaan anak dalam menulis, membuat karangan juga akan menambah kepekaan anak secara spiritual karena apa yang ditulis seorang anak merupakan luapan dari isi hatinya. Mereka masih sangat polos untuk mengungkapkan segala apa yang dirasakannya. Satu hal lagi yaitu, seorang guru harus sabar dalam menanggapi segala apa yang ditanyakan oleh para siswa. Dengan kesabaran itulah, kasih sayang diantara keduanya akan terjalin dengan jalinan yang kuat.

No comments:

Post a Comment